ESTHON Leyloh Foenay. Siapa yg mengenalnya pasti menyayangi pria ini, ia pribadi yang terbuka, lemah lembut dan rendah hati. Setia dalam kesederhanaan, karenanya masyakat Kota Kkupang dari anak-anak hingga dewasa memanggilnya Bapa Esthon. Sapaan yang dekat, akrab dan penuh hormat.


Sapaan atau julukan itu tidak datang dengan sendirinya. Sapaan ini lahir dari pergaulan sosial. Pergaulan sehari-hari yang egaliter "semua kita sama mulia dimata Tuhan". Kesederhanaan dan kepedulian yang nyata mengalir dan menyentuh setiap hati. Mungkin baginya politik pencitraan adalah ibarat orang Farisi yg berdoa di pinggir jalan, tetapi jikalau tangan kananmu memberi hendaklah tangan kirimu tidak tahu. Ia katakan bersungguh-sungguhlah dalam kerja baik bagi masyarakat.

Maka tak heran ketika yang lain sibuk mencitrakan diri, Esthon sudah bekerja. Niatnya adalah bagaimana pertanian dan peternakan betul-betul menjadi tulang punggung ekonomi yang membawa perubahan bagi NTT, pembangunan ekonomi yg mengubah nasib 80 % masyarakat NTT menjadi lebih baik. Ia sibuk dengan kelompok tani dan kelompok ternak binaanya. Air masih sulit, pakan juga susah, akses modal masih menjadi masalah, tetapi semunya tidak bisa menghentikan semangat juang. Sebagai sarjana peternakan membangun pertanian adalah passion.

Yang lain baru bicara soal infrastruktur, ia sudah bekerja. Dengan kapasitas sebagai ketua DPD Partai Gerindra NTT, tak henti-hentinya ia mengusulkan pembangunan dan perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, pelabuhan bandara, embung dan rumah sakit pada koleganya di Partai Gerindra; Fary Francis (Ketua Komisi V DPR RI) dan Pius Lustrilanang (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI).
Infrastruktur yang layak mutlak dibutuhkan, ia paham betul. APBD provinsi terbatas, tak akan tertangani masalah insfrastruktur dengan APBD Provinsi saja. 

Jadi kalau ada paslon yang bicara infrastruktur dari APBD provinsi, mungkin belum paham struktur APBD. Infrastruktur mau tidak mau suka tidak suka adalah bagaimana memaksimalkan kemampuan pembiayaan dari luar APBD. Esthon sudah bekerja dalam diam melalui jabatan dan jaringannya.

Diatas segalanya persatuan dan kekeluargaan adalah dasar untuk membangun NTT. Persaudaraan umat tak boleh hancur oleh politik identitas sempit. Kalimatnya yg fenomenal "Dalam politik kita berkompetisi dalam Tuhan kita bersaudara". Berbeda pilihan adalah hak tetapi perbedaan ada untuk mengeratkan bukan malah meretakkan bangunan kekeluargaan dan kebersamaan.

Esthon pemimpin yg memberikan teladan, bekerjah dalam Diam! Mari kita legalkan kepemimpinannya sebagai Gubernur NTT melalui pesta demokrasi Pilkada 2018 ini. (Yeremias Ndoen, staf ahli Ketua Komisi V DPR RI)